Posted in

Fakta Menarik Jumadil Akhir: Mengapa Dinamakan “Bulan Beku” oleh Bangsa Arab Kuno

Jumadil Akhir merupakan bulan keenam dalam penanggalan Hijriah. Bulan ini menjadi gerbang menuju periode istimewa seperti Rajab, Sya’ban, dan puncaknya Ramadan. Terdapat fakta menarik mengenai penamaan bulan ini dalam bahasa Arab yang berarti beku atau keras. Apakah pada bulan tersebut terjadi pembekuan salju atau es? Untuk memahami latar belakangnya, perlu menelusuri sejarah pembentukan kalender Qamariyah oleh masyarakat Arab kuno.

Asal Usul Penamaan Jumadil

Kata Jumadil dalam bahasa Arab berasal dari Jumada yang bermakna beku, padat, dan keras. Ibnu Manzhur, seorang cendekiawan Islam, menerangkan bahwa penamaan ini merujuk pada kondisi ekstrem yang terjadi pada bulan tersebut dengan suhu sangat dingin hingga menyebabkan air membeku. Dalam bahasa Arab, kondisi ini disebut Jamadul Ma’ atau keadaan air yang membeku.

Dalam karya Lisan al-Arab karya Ibnu Manzhur, dijelaskan bahwa bangsa Arab kuno menamai bulan-bulan sesuai dengan musim yang berlangsung saat itu. Pada periode Jumadil Awal dan Akhir, terjadi puncak suhu dingin yang sangat menusuk tulang, di mana kondisi tersebut menyebabkan air di gurun pasir membeku.

Pembagian Jumadil Menjadi Dua Bulan

Bulan Jumadil terbagi menjadi dua bagian, yaitu Jumadil Awal dan Jumadil Akhir. Pembagian ini memiliki alasan tertentu. Bangsa Arab kuno membaginya karena dua faktor utama:

1. Durasi Musim Dingin: Musim dingin pada periode tersebut berlangsung cukup lama, tidak hanya satu bulan tetapi mencakup dua bulan. Oleh karena itu, masyarakat Arab membaginya menjadi Jumadal Ula (kebekuan pertama) dan Jumadal Tsani atau Akhirah (kebekuan kedua atau terakhir).

2. Pola “Sepasang” Kalender Arab: Bangsa Arab memiliki pola berpasangan dalam sistem kalender mereka, karena satu musim biasanya mencakup dua siklus bulan. Contohnya Musim Semi (Rabi’): Terdapat Rabiul Awal dan Rabiul Akhir (masa bunga bermekaran atau rerumputan hijau yang berlangsung selama dua bulan).

Fenomena Pergeseran Musim dalam Kalender Hijriah

Meskipun dinamakan bulan beku, kenyataannya Jumadil Akhir terkadang jatuh pada musim panas, musim semi, kemudian kembali ke musim dingin (beku). Hal ini disebabkan oleh “Wow Factor” atau faktor luar biasa dalam perbandingan penanggalan Bulan (Qomariyah/Hijriah) dan Matahari (Syamsiyah/Masehi) yang terletak pada selisih waktu dan pergeseran musim. Tahun Matahari memiliki sekitar 365 hari, sedangkan tahun Bulan hanya sekitar 354 hari. Oleh karena itu, kedua sistem penanggalan tersebut memiliki perbedaan 11 hari yang disebut selisih 11 hari yang “Ajaib”.

Peristiwa Bersejarah di Bulan Jumadil Akhir

Di balik namanya yang dingin, Jumadil Akhir justru menyimpan sejarah yang “panas” membara. Salah satunya adalah Perang Yarmuk (13 H). Pertempuran epik ini melibatkan pasukan Khalid bin Walid melawan Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur). Perang ini berlangsung selama enam hari, saking panasnya pertempuran tersebut sampai diibaratkan oleh para ahli sejarah sebagai “David vs Goliath”. Peperangan ini diakhiri dengan kemenangan mutlak pasukan Islam dan keruntuhan dominasi Kekaisaran Bizantium.

Perlu diketahui bahwa penamaan bulan Hijriah bersifat Sunnatullah (ketetapan alam) yang berkaitan erat dengan musim di Jazirah Arab, namun maknanya disempurnakan oleh Islam sebagai sarana ibadah. Meskipun air bisa membeku oleh cuaca yang dingin, namun hati dan ibadah jangan sampai membeku di bulan ini, terlebih lagi bulan Jumadil Akhir merupakan gerbang menuju tiga bulan mulia yaitu Rajab, Sya’ban, dan Ramadan. Oleh karena itu, Jumadil Akhir adalah bulan persiapan bagi umat Muslim untuk menghadapi bulan yang hangat dan mulia selanjutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *