UNESCO mengumumkan lewat situs resmi bahwa seluruh tradisi kuliner Italia kini diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan (Intangible Cultural Heritage of Humanity).
Menurut Food and Wine, penghargaan ini menandai pertama kalinya semua masakan nasional sebuah negara memperoleh status tersebut. UNESCO menekankan bahwa kuliner Italia bukan sekadar warisan makanan tradisional, melainkan kegiatan komunal dan praktik harian yang diturunkan secara lintas generasi.
Erica Di Giovancarlo, komisaris perdagangan serta direktur eksekutif untuk Amerika Serikat di Badan Perdagangan Italia, dalam sebuah email menyampaikan pernyataan berikut: “Penghargaan ini merupakan penghormatan kepada tradisi dan semangat yang telah lama kami curahkan untuk kuliner. Ini adalah pengakuan yang menyoroti masakan Italia sebagai ekspresi mendalam dari identitas dan budaya bangsa kita yang dihargai dan dirayakan di seluruh dunia.”
Pengakuan UNESCO dan Implikasinya
UNESCO juga mencatat bahwa daftar Warisan Budaya Takbenda mereka telah meliputi tradisi kuliner seperti baguette Prancis, pembuatan pizza Neapolitan, serta diet Mediterania, bersama dengan warisan non‑kuliner seperti flamenco dan yoga.
Penetapan Italia sebagai warisan budaya ini menjadi yang pertama mengakui seluruh kuliner nasional—dari pasta dan minyak zaitun hingga ritual panen daerah—sebagai sebuah praktik budaya tersendiri.
Reaksi Para Ahli
Sejarawan kuliner Francine Segan berkomentar bahwa istilah memasak yang dipakai UNESCO sebagai “aktivitas komunal” sangat tepat. “Itulah esensi dari masakan Italia — komunitas,” katanya.
Ia menambahkan, “Mereka adalah negara agraris, dan telah demikian selama berabad-abad, dan banyak upaya mereka secara historis harus bersifat komunal. Pikirkan tentang passata di Pomodoro, harus membuat konsentrat tomat kental saat tomat sedang musim. Itu melibatkan seluruh keluarga, seluruh tetangga, dan kemudian mereka berbagi,” tambahnya.
Ia menuturkan, “Bahkan hingga saat ini di Italia modern, di mana terdapat supermarket besar, orang‑orang masih cenderung berbelanja setiap hari, tergantung pada perasaan mereka, apa yang ingin mereka makan,” ucapnya.
Pengakuan UNESCO juga bertujuan melindungi keaslian dari meningkatnya produk palsu. Pejabat Italia telah lama menentang barang‑barang yang berlabel “bernuansa Italia” atau dipasarkan sebagai “Made in Italy” padahal diproduksi di luar negeri.
