Bus PO Cahaya Trans berwarna kuning itu melaju dengan kecepatan tinggi, kemudian oleng dan akhirnya terguling. Insiden fatal tersebut menewaskan belasan penumpang di dalamnya.
Pada badan bus yang mengalami kerusakan parah, masih terlihat jelas nomor polisi B 7201 IV. Saat ini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan mendalam terkait peristiwa kecelakaan yang mematikan ini.
Kronologi Kejadian
Kecelakaan maut terjadi pada hari Senin, 22 Desember 2025, sekitar pukul 00.30 WIB. Bus tersebut berangkat dari Bekasi menuju Yogyakarta dengan membawa 34 orang penumpang.
Selain 16 orang yang meninggal dunia, penumpang lainnya mengalami cedera dengan berbagai tingkat keparahan, termasuk pengemudi bus.
Berikut informasi yang telah diketahui sejauh ini terkait peristiwa tersebut:
Sopir bus bernama Gilang (22 tahun) telah diamankan oleh polisi dan sedang menjalani pemeriksaan. Hasil tes menunjukkan bahwa Gilang negatif narkoba.
“Hasil dari pemeriksaan darah memang negatif. Saat ini sedang dilakukan pemeriksaan analisis oleh pihak medis. Dan tentunya kita masih menunggu hasilnya dan saat ini masih berproses,” ujar Kabid Humas Polda Jateng, Kombes Artanto, pada Senin (22/12).
Gilang merupakan sopir cadangan yang mulai mengemudi dari Subang, Jawa Barat.
“Ini adalah sopir pengganti atau cadangan, di mana pada saat berangkat dari Bogor menuju Jogja, sempat berhenti di Subang untuk berganti sopir,” kata Artanto.
Penyelidikan Berlangsung
Pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengetahui penyebab kecelakaan bus PO Cahaya Trans tersebut. Olah tempat kejadian perkara (TKP) akan dilakukan untuk mendukung proses penyelidikan.
“Untuk saat ini masih berproses penyelidikan dari pihak kepolisian, khususnya dari Unit Satlantas Polrestabes Semarang,” ucapnya.
“Kita masih menunggu hasil proses pemeriksaannya dan juga melakukan olah TKP,” tambahnya.
Analisis Ahli Keselamatan Berkendara
Instruktur Keselamatan Berkendara sekaligus Founder Jakarta Defensive Driving Consultant (JDDC), Jusri Pulubuhu, menyatakan bahwa kecelakaan bus PO Cahaya Trans dipicu oleh kegagalan pengemudi dalam mengontrol kecepatan, atau yang disebut sebagai Speed Adaptation Failure.
“Speed adaptation failure biasa terjadi bagi para pengemudi-pengemudi yang sudah berjam-jam di tol. Ketika mereka exit tol, mereka gagal beradaptasi dengan kecepatan yang seharusnya,” kata Jusri.
Kegagalan dalam mengatur kecepatan menjadi faktor utama dalam insiden ini. Bobot bus yang berat serta dimensi tinggi membuat titik gravitasi kendaraan berada di atas, sehingga bus rentan oleng hingga terguling.
Jusri melihat adanya kemungkinan kesalahan antisipasi dari pengemudi. Lokasi kecelakaan berada di simpang susun exit tol, dengan tikungan tajam melingkar dan lebar jalan yang hanya terdiri dari dua lajur.
“Perlambatan yang dilakukan tidak sesuai kondisi, apakah di traffic luar tol, di dalam tol, atau sedang turunan maupun menikung. Seharusnya driver tidak melakukan perlambatan saat menikung, melainkan saat di lurusan ketika exit tol,” jelasnya.
“Kecelakaan di exit tol maupun gerbang tol itu karena sinyal di otak mereka itu lambat dalam beradaptasi dengan kecepatan yang dibutuhkan, mereka pikir kecepatannya sudah cukup, tapi faktanya tidak,” ucapnya.
Daftar Korban
Korban meninggal dunia:
1. Sadimin (57), warga Kelurahan Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten;
2. Srihono (53), warga Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten;
3. Listiana (44), warga Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten;
4. Sugimo (62), warga Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali;
5. Haryadin (43), warga Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur;
6. Mutiara (19), warga Kabupaten Sleman, DIY;
7. Saguh (62), warga Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor;
8. Wahyu (26), warga Kabupaten Boyolali;
9. Ngatiyem (48), warga Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali;
10. Erna (53), warga Rancaungur, Kota Bogor;
11. Yanto (47), warga Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten;
12. Anis (36), warga Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali;
13. Noviani (31), warga Kecamatan Kemang, Kota Bogor;
14. Anih (56), warga Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor;
15. Dwi (47), warga Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan;
16. Endah (48), warga Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
Korban luka selamat:
1. Gilang (22), pengemudi bus, warga Kecamatan Guguk Panjang, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat;
2. Robi Sugianto (51), warga Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes;
3. Purwoko (50), warga Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman;
4. Marno (30), warga Kecamatan Tanah Sereal, Kota Bogor;
5. Sutiadi Sarwono (67), warga Kabupaten Boyolali;
6. Nyi Mas Jihan (26), warga Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor;
7. Ardi Nata (29), warga Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor;
8. Rujiyanti (54), warga Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten;
9. Prisma Andika (32), warga Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten;
10. Rafi Abdurrahman (19), warga Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan;
11. Parwono (57), warga Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri;
12. Purnomo (29), warga Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Semarang;
13. Hafis (19), warga Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat;
14. Karnoto (31), warga Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten;
15. Mahija (2), warga Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan;
16. Hakeem (30), warga Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan;
17. Aulia (27), warga Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan.
Kesaksian Penumpang Selamat
Salah satu penumpang yang selamat, Sutiadi (67 tahun), menceritakan detik-detik insiden maut yang menewaskan 16 orang tersebut. Sutiadi mengatakan, saat peristiwa itu terjadi ia masih terjaga di tengah kegelapan malam. Saat itu, bus melaju dengan kecepatan tinggi.
Bahkan ketika hendak melintasi lokasi kejadian dengan kontur jalan menurun dan menikung, pengemudi bus juga tidak menurunkan kecepatan. Hingga akhirnya, bus menabrak pembatas jalan dan terguling.
“Perasaan saya itu tambah kencang, padahal jalan turun. Biasanya ada perlambatan, ini nggak ada. Pas tikungan itu oleng lalu guling,” kata Sutiadi.
Beruntung, Sutiadi masih sadar dan selamat meski terlempar ke luar bus. Namun, wajah dan kakinya mengalami luka-luka.
“Rencana pulang ke Boyolali dari Bogor. Nggak sempat (nolong yang lain), kaki kena kaca,” kata Sutiadi.