Kepala BMKG Teuku Faisal Fathani menyatakan dampak bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir tidak hanya ditentukan oleh kondisi cuaca saat ini. Namun sangat bergantung pada kondisi lingkungan sebelumnya, terutama tingkat kejenuhan tanah akibat hujan tinggi dalam waktu lama.
Hal itu disampaikannya saat Konferensi Pers Penyampaian Climate Outlook 2026 di Kantor BMKG, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (23/12).
Pengaruh Kondisi Tanah Terhadap Bencana
Ia menjawab pertanyaan wartawan, apakah hal seperti bencana Sumatera bisa terjadi di 2026 dengan situasi prakiraan cuaca relatif lebih normal dari 2025.
“Kita perlu ketahui bahwa untuk bencana hidrometeorologis itu juga tergantung dari kondisi sebelumnya,” kata Faisal.
Ia menjelaskan, curah hujan tinggi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir telah membuat tanah dan lereng berada dalam kondisi jenuh, sehingga hujan dengan intensitas kecil sekalipun masih berpotensi memicu bencana.
“Jadi ketika bulan-bulan terakhir ini, curah hujan cukup tinggi yang membuat kondisi tanah itu atau lereng-lereng itu dalam kondisi yang cukup jenuh, sehingga dengan hujan yang mungkin tidak begitu besar itu dapat memicu terjadinya bencana gerakan tanah, longsor, dan juga banjir atau bencana hidrometeorologis,” ujarnya.
Dampak Berlanjut Hingga Awal 2026
Faisal menegaskan meskipun secara umum kondisi iklim 2026 diproyeksikan normal dan tidak menunjukkan anomali signifikan, dampak dari hujan ekstrem pada 2025 tetap bisa berlanjut hingga awal 2026.
“Walaupun tadi telah disampaikan untuk iklim secara keseluruhan di tahun 2026 relatif tidak terjadi anomali, normal, [tapi] tidak jauh di atas normal,” kata dia.
Menurut Faisal, penjenuhan tanah yang telah terjadi sejak akhir 2025 membuat risiko bencana masih tinggi pada puncak musim hujan 2026.
“Jadi tentunya dampak dari 2025 itu tentu seperti yang disampaikan tadi, berdampak juga pada hingga awal tahun 2026, hingga bulan Maret ketika atau April di masa-masa musim hujan di tahun 2026,” ujarnya.
Ia menambahkan, proses penjenuhan tanah sudah berlangsung cukup lama sejak hujan intens mulai terjadi pada kuartal terakhir 2025.
“Karena tadi penjenuhannya sudah dimulai sejak bulan awal Oktober, November, Desember di tahun 2025 ketika hujan juga cukup tinggi sebelumnya,” tandasnya.