Orang tua pelaku serangan bom asap dan penusukan di Taiwan menyampaikan permintaan maaf atas tindakan anak mereka serta berkomitmen untuk bekerja sama sepenuhnya dengan penyidik.
Pelaku yang bernama Chang Wen (27) melemparkan bom asap di stasiun metro Taipei pada jam sibuk Jumat (19/12) lalu, kemudian melakukan penusukan yang mengakibatkan tiga orang tewas dan sebelas orang terluka. Chang ditemukan meninggal pada hari yang sama. Wali Kota Taipei Chiang Wan-an menyatakan pelaku melompat dari gedung terdekat.
Permintaan Maaf di Luar Rumah Duka
Orang tua pelaku yang mengenakan topi dan masker, serta tidak menyebutkan nama, berlutut di luar rumah duka tempat otopsi dilakukan terhadap jenazah anak mereka dan memohon maaf atas perbuatan tersebut.
“Kejahatan keji yang dilakukan oleh Chang Wen telah menyebabkan kerugian serius bagi masyarakat dan menimbulkan kerusakan serta penderitaan yang tak dapat diperbaiki terhadap para korban dan keluarga mereka,” ungkap ayah Chang dalam pernyataannya, dikutip dari AFP, Selasa (23/12).
“Kami akan sepenuhnya bekerja sama dalam penyelidikan,” tambahnya.
Penyelidikan Motif Serangan
Kepolisian masih melakukan penyelidikan terkait motif serangan. Namun, dugaan terorisme telah dikesampingkan dari kemungkinan motif.
Polisi Taiwan meyakini Chang bertindak sendiri dan berencana membunuh orang secara acak. Chang pernah bertugas di militer, namun diberhentikan karena mengemudi dalam keadaan mabuk. Chang kemudian dicari oleh polisi setelah gagal melapor untuk latihan militer cadangan.
Menurut keterangan polisi, Chang merupakan pengangguran dan bergantung pada keluarganya untuk dukungan keuangan. Meski demikian, orang tuanya tidak memberikan tanggapan saat ditanya apakah ada kemungkinan Chang menggunakan uang yang mereka berikan untuk membeli senjata atau apakah mereka akan memberikan kompensasi kepada korban.
Chang menyewa sebuah apartemen di distrik dekat stasiun utama metro Taipei pada Januari dan telah melakukan pengintaian sebelumnya di wilayah tersebut.
Penyelidik juga menemukan pencarian “pembunuhan acak” di tablet milik Chang, termasuk materi yang terkait dengan penusukan di stasiun metro Taipei pada 2014 lalu yang menewaskan 4 orang.