Posted in

Gus Yahya Tanggapi Pernyataan Tabayyun Rais Aam: Menolak Keputusan, Mengajak Islah

Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau yang dikenal sebagai Gus Yahya telah memberikan respons resmi terkait pernyataan tabayyun dari Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar yang sebelumnya disampaikan kepada publik.

Dalam pernyataannya, Gus Yahya menyatakan penolakan terhadap keputusan Rapat Harian Syuriyah yang dilaksanakan pada 20 November 2025 beserta seluruh turunannya, namun tetap mengajak seluruh pihak untuk menempuh jalan perdamaian.

Pernyataan Resmi di Konferensi Pers

Pernyataan tersebut dibacakan oleh Gus Yahya dalam konferensi pers yang digelar di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, pada Rabu (24/12), melalui surat resmi PBNU bernomor 4937/PB.23/A.II.07.08/99/12/2025.

“Keputusan Rapat Harian Syuriyah di Hotel Aston pada 20 November 2025 dan seluruh keputusan turunannya, hingga klaim penetapan Pejabat Ketua Umum, adalah tindakan yang tidak memiliki dasar, bahkan bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), dan dengan sendirinya batal demi hukum,” ujar Gus Yahya membacakan pernyataannya.

Gus Yahya menegaskan bahwa penolakan tersebut bukan didasari oleh kepentingan pribadi, melainkan sebagai bentuk tanggung jawab untuk menjaga konstitusi organisasi.

“Oleh karena itu, sebagai mandataris utama yang bertanggung jawab untuk menjaga konstitusi jama’iyyah, saya menolak keputusan tersebut dan seluruh produk lanjutannya, bukan karena kepentingan pribadi, melainkan demi menjaga marwah dan tatanan organisasi yang kita warisi dari para muassis,” katanya.

Ajakan Rekonsiliasi dan Persaudaraan

Meskipun menolak keputusan tersebut, Gus Yahya menekankan bahwa dirinya tidak menginginkan konflik internal di tubuh NU berlarut-larut. Ia mengajak seluruh pihak untuk membuka ruang rekonsiliasi dan memperkuat persaudaraan.

“Saya tidak ingin perpecahan ini berlarut-larut dan merusak rumah besar kita, Nahdlatul Ulama. Energi kita terlalu berharga untuk dihabiskan dalam perselisihan,” ucapnya.

Ia pun mengajak seluruh komponen untuk bersama-sama menyiapkan Muktamar yang sah dan sesuai dengan konstitusi sebagai solusi bersama.

“Mari kita bersama-sama dalam semangat musyawarah menyiapkan Muktamar yang legitimate dan sesuai dengan AD/ART Nahdlatul Ulama sebagai jalan keluar yang terhormat dan konstitusional,” lanjutnya.

Islah Berdasarkan Kebenaran

Dalam penjelasan lebih lanjut, Gus Yahya menekankan bahwa islah yang dimaksudkannya sejak awal adalah islah yang dibangun di atas dasar kebenaran.

“Islah yang saya maksudkan adalah islah bina’an ‘alal haq. Islah yang dibangun di atas kebenaran. Bukan islah bina’an ‘alal bathil,” tegasnya.

Menurut Gus Yahya, kesalahan pribadi dan ketegangan emosional masih dapat diselesaikan dengan saling memaafkan, namun tatanan organisasi harus dikembalikan pada prinsip yang benar.

“Mari kita kembali kepada persaudaraan di antara kita semua. Untuk selanjutnya bersama-sama kita menyiapkan muktamar bersama-sama,” katanya.

Ia menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa Muktamar merupakan satu-satunya jalan yang bermartabat dan sesuai konstitusi untuk mengakhiri polemik yang terjadi.

“Ini adalah jalan yang terbaik dan juga jalan satu-satunya, jalan satu-satunya yang sungguh bermartabat dan konstitusional,” pungkas Gus Yahya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *