Pemerintah Provinsi Jawa Barat menjalin kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional dalam upaya membangun ekosistem pangan yang berkelanjutan. Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi mitigasi risiko bencana yang diimplementasikan melalui pendekatan berbasis alam.
Pendekatan Berbasis Alam untuk Solusi Pertanian
“Pak Gubernur, ini concern sekali mengantisipasi, memitigasi risiko-risiko bencana dengan bagaimana mengembalikan alam sebagai satu acuan bagi kita di bidang pengelolaan,” ujar Kepala BRIN, Arief Satria, dalam pertemuan di Gedung Pakuan, Bandung, Rabu (24/12).
“Itu yang sering disebut sebagai nature-based solutions. Jadi, bagaimana menyelesaikan masalah-masalah berbasis pada alam,” tambahnya.
Implementasi Kerja Sama melalui Demplot
Kolaborasi kedua institusi diwujudkan melalui pengembangan demonstration plot atau metode penyuluhan pertanian yang efektif untuk sejumlah varietas unggul dari BRIN. Sementara itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengambil peran dalam pengembangan benih.
“Nanti ada pengembangan demplot bersama, ada sejumlah varietas BRIN yang unggul, varietas padi kita akan kita coba mengembangkan demplotnya dan pemerintah provinsi siap untuk mengembangkan perbenihannya,” jelas Arief.
Target Waktu dan Produktivitas
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menyambut positif kerja sama ini. Menurut perkiraannya, benih hasil kolaborasi dengan BRIN dapat mulai dimanfaatkan pada periode April hingga Juni 2026.
“Musim sekarang ini musim semai sekarang panen nanti sekitar April, berarti bulan Mei atau Juni pada musim tanam yang kedua sudah bisa digunakan benih dari BRIN ini,” ungkap Dedi.
Ia menyampaikan harapan bahwa kerja sama ini mampu meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Jawa Barat hingga mencapai 7 ton per hektare.
“Pada tingkat produktivitas publik yang ada di masyarakat itu kan rata-rata hanya 4 sampai 5 ton per hektare,” kata Dedi.
“Ya kita harapkan lah bisa 8, bisa sampai 10. Naik angka 7 saja sudah luar biasa gitu loh. Kalau warga Jabar nanti produktivitas pangannya 7 ton per hektare itu sudah keren. Jadi kita nggak ngomong yang 12 (ton), yang 7 (ton) aja tapi merata,” tegasnya.