Posted in

Healing di Akhir Tahun: Sebenarnya Perlu atau Hanya Tren?

Akhir tahun menjadi momen untuk menikmati waktu luang dengan tenang, terbebas dari pekerjaan maupun tugas akademik. Aktivitas jalan-jalan yang kerap disebut “healing” oleh generasi Z merupakan salah satu cara untuk beristirahat sejenak dari kepenatan realitas sehari-hari.

Healing dapat dilakukan ke berbagai tempat wisata, mencoba pengalaman baru yang belum pernah dilakukan, atau sekadar beristirahat di rumah. Beragam cara tersedia untuk menikmati liburan akhir tahun, namun muncul pertanyaan apakah healing merupakan mitos belaka atau kebutuhan psikologis manusia yang sesungguhnya.

Healing sebagai Strategi Mengatasi Stres

Dalam banyak situasi, stres muncul akibat tuntutan akademik, pekerjaan, dan lingkungan sosial. Hikmah dkk. menjelaskan bahwa healing dapat berfungsi sebagai strategi coping yang membantu individu mengelola tekanan tersebut.

Dalam penelitiannya disebutkan bahwa “healing menjadi salah satu bentuk coping stress yang dilakukan individu untuk mencapai keseimbangan psikologis melalui pengalaman yang menyenangkan dan menenangkan” (Hikmah et al., Indonesian Journal of Tourism and Leisure). Artinya, healing bukan bentuk pelarian diri dari masalah, melainkan usaha sadar untuk memulihkan kondisi mental.

Wisata sebagai Bentuk Healing yang Umum

Salah satu bentuk healing yang paling umum dilakukan adalah dengan mengunjungi tempat wisata. Wisata alam, budaya, dan kuliner memberikan pengalaman baru yang berbeda dari rutinitas harian. Hikmah dkk. menegaskan bahwa “aktivitas pariwisata memiliki kontribusi terhadap peningkatan well-being individu melalui relaksasi dan pengurangan stres”.

Lingkungan baru memberikan ruang bagi diri sendiri untuk mengambil jarak dari tekanan hidup, sekaligus memulihkan batin yang lelah. Tidak mengherankan jika akhir tahun menjadi momen favorit untuk melakukan perjalanan.

Peran Self-Healing dalam Pengelolaan Emosi

Bachtiar dan Faletehan menekankan pentingnya self-healing sebagai proses internal. Mereka menyatakan bahwa “self-healing merupakan metode pengendalian emosi yang dilakukan individu secara sadar untuk mengelola stres dan konflik emosional” (Bachtiar & Faletehan, Journal An-Nafs).

Akhir tahun merupakan waktu untuk mengevaluasi diri, termasuk pencapaian, kegagalan, dan harapan yang belum terwujud. Di sinilah self-healing berperan sebagai upaya menenangkan diri, menerima keadaan, dan membangun kembali keseimbangan emosional.

Healing sebagai Kebutuhan Psikologis

Healing di akhir tahun bukan sekadar mengikuti tren semata. Baik melalui pariwisata maupun self-healing, diri kita sebenarnya sedang memenuhi kebutuhan psikologis dasar untuk meredakan stres, mengatur emosi, dan memulihkan kondisi mental.

Akhir tahun pada dasarnya bukan hanya tentang libur panjang atau tren healing yang ramai di media sosial. Di balik keinginan untuk berhenti sejenak dari rutinitas, terdapat kebutuhan psikologis yang nyata. Tubuh dan pikiran membutuhkan waktu untuk beristirahat setelah menghadapi tekanan yang terus-menerus. Healing, baik melalui pariwisata, aktivitas sederhana, maupun self-healing menjadi cara manusia merawat kesehatan mentalnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *