Posted in

CEO YouTube Ketat Batasi Ketiga Anaknya Main Medsos

Sebuah fenomena menarik terjadi di kalangan eksekutif perusahaan teknologi global. Meski memimpin platform yang membuat miliaran pengguna terpaku pada layar, para pemimpin teknologi ini justru menerapkan pembatasan ketat terhadap penggunaan gawai dan media sosial bagi anak-anak mereka sendiri.

Nama terbaru yang bergabung dalam daftar ini adalah Neal Mohan, CEO YouTube. Dalam wawancara dengan majalah Time yang menobatkannya sebagai CEO of the Year 2025, Mohan mengungkapkan bahwa anak-anaknya tidak memiliki kebebasan penuh dalam berselancar di dunia digital. Ia menerapkan aturan yang cukup disiplin di rumah tangganya.

“Kami membatasi waktu mereka di YouTube, platform lain, dan bentuk media lainnya. Di hari kerja kami cenderung lebih ketat, di akhir pekan kami cenderung lebih longgar. Kami sama sekali tidak sempurna (dalam penerapannya),” ujar Mohan dilansir dari CNBC.

Prinsip Moderasi dan Tanggung Jawab Orang Tua

Mohan yang memiliki tiga orang anak menekankan prinsip “segala sesuatu harus dalam porsi yang wajar” (everything in moderation). Baginya, tanggung jawab utama adalah memastikan orang tua memiliki kendali atas bagaimana anak-anak menggunakan platform tersebut, salah satunya melalui fitur YouTube Kids.

“Tujuannya adalah memudahkan semua orang tua untuk mengelola penggunaan YouTube anak-anak mereka dengan cara yang sesuai bagi rumah tangga masing-masing,” tambahnya.

Mohan tidak sendirian dalam menerapkan kebijakan ini. Deretan bos teknologi legendaris hingga CEO platform pesaing melakukan hal serupa. Mereka berangkat dari kekhawatiran yang sama mengenai dampak buruk media sosial dan waktu layar berlebihan terhadap kesehatan mental anak.

Strategi Para Pemimpin Teknologi

Berikut adalah cara para bos teknologi mengamankan anak mereka dari dampak negatif teknologi:

Salah satu orang terkaya di dunia ini dikenal sangat tegas soal gawai. Gates melarang ketiga anaknya memiliki ponsel sendiri sebelum mereka mencapai usia remaja.

“Kami tidak membawa ponsel ke meja makan saat sedang menyantap hidangan, kami tidak memberikan anak-anak kami ponsel sampai mereka berusia 14 tahun, meskipun mereka mengeluh anak-anak lain mendapatkannya lebih awal,” ungkap Gates.

Pendahulu Mohan, Susan Wojcicki, juga memiliki aturan khusus. Ia melarang anak-anaknya menonton video di aplikasi utama YouTube. Mereka hanya diperbolehkan mengakses YouTube Kids, itupun dengan durasi yang dibatasi.

“Saya mengizinkan anak-anak saya yang lebih kecil untuk menggunakan YouTube Kids, tetapi saya membatasi jumlah waktu mereka di sana. Saya pikir sesuatu yang berlebihan itu tidak baik,” kata Wojcicki kepada CNBC pada 2019 lalu.

CEO TikTok Shou Zi Chew bersaksi di depan sidang Komite. Foto: Evelyn Hockstein/Reuters

Investor dan miliarder teknologi Mark Cuban mengambil pendekatan yang lebih teknis. Ia mengaku pernah memasang router khusus dan menggunakan perangkat lunak manajemen untuk memantau aplikasi apa yang sedang dibuka anak-anaknya, bahkan bisa mematikan aktivitas ponsel mereka jika diperlukan.

Pada Maret 2023 lalu, CEO TikTok Shou Zi Chew sempat menghadapi pertanyaan dari Kongres AS mengenai apakah ia mengizinkan anaknya bermain TikTok. Chew menjawab tidak, namun alasannya lebih terkait dengan regulasi di tempat tinggalnya.

“Anak-anak saya tidak menggunakan TikTok karena di Singapura, tempat mereka tinggal, tidak ada versi platform untuk pengguna di bawah usia 13 tahun,” jelas Chew.

Namun, ia mendukung adanya “pengalaman yang berbeda” untuk kelompok usia yang berbeda, agar orang tua bisa memutuskan apa yang terbaik bagi keluarga mereka.

Dukungan Ahli dan Regulasi Pemerintah

Kekhawatiran para bos teknologi ini sejalan dengan peringatan dari para ahli. Jonathan Haidt, profesor NYU dan penulis buku “The Anxious Generation”, menyarankan agar anak-anak tidak diberi smartphone sebelum usia 14 tahun dan tidak diberi akses media sosial sebelum 16 tahun.

“(Smartphone) adalah perangkat serba guna yang memungkinkan dunia menjangkau anak-anak Anda,” tegas Haidt.

Langkah ekstrem bahkan telah diambil oleh pemerintah Australia yang baru-baru ini menjadi negara pertama yang secara resmi melarang pengguna di bawah usia 16 tahun mengakses platform media sosial utama.

Australia resmi menjadi negara pertama di dunia yang melarang penggunaan akun media sosial bagi anak berusia di bawah 16 tahun. Kebijakan ini mulai berlaku sejak Rabu, 10 Desember 2025.

Sejumlah platform besar seperti Facebook, Instagram, Threads, YouTube, Snapchat, Reddit, Kick, Twitch, hingga TikTok, telah mengonfirmasi kepatuhan terhadap regulasi tersebut. Platform-platform ini mengambil langkah aktif dengan menghapus akun milik pengguna di bawah usia 16 tahun di Australia serta mencegah pendaftaran akun baru oleh kelompok usia tersebut.

Platform media sosial yang tidak menonaktifkan akun anak, atau membiarkan remaja buat akun baru, akan didenda sebesar 49,5 juta dolar Australia, atau sekitar Rp 548 miliar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *