Drama Belanja Online: Barang Sampai Bikin Emosi, Ini Solusi Anti Zonk Blibli
Pernahkah Anda mengalami pengalaman belanja online yang membuat frustrasi? Barang yang ditunggu-tunggu ternyata tidak sesuai harapan saat tiba di tangan. Mulai dari ukuran yang tidak pas, produk palsu meski dibeli dengan harga original, hingga tagihan COD yang tidak dipesan.
Fenomena ini ternyata dialami oleh banyak konsumen. Masalah yang sering disebut ‘zonk’ dalam belanja online menjadi fokus utama dalam acara media gathering bertajuk “Jeda with Blibli: A Year-End Media Session” yang diselenggarakan pada Rabu (17/12).
Survei Ungkap Masalah Pasca-Pembelian
Dalam sesi santai tersebut, Head of PR Blibli, Nazrya Octora, mengajak peserta untuk mengambil jeda sejenak dari hiruk-pikuk tren viral dan fokus pada realitas yang sering dihadapi konsumen.
Berdasarkan survei yang dilakukan bersama terhadap 800 responden digital savvy di kota-kota besar Indonesia, terungkap fakta mengejutkan: 6 dari 10 konsumen e-commerce pernah mengalami kendala justru pada fase pasca-pembelian.
“Jadi kalau dari teman-teman semua belanja, mikirnya ‘Oke barangnya udah nyampe, sesuai, selesai’. Tapi ada 64% orang itu justru masalahnya pas barangnya nyampe. Pesan sepatu Ori nyampenya KW, ketahuannya pas nyampe,” ujar Nazrya di hadapan awak media.
Pengalaman Konsumen yang Menggelitik
Peserta kegiatan turut membagikan pengalaman pahit mereka berbelanja di berbagai platform. Salah satunya cerita menggelitik tentang ukuran baju yang tak sesuai realita.
“Waktu itu belanja kemeja, ukurannya sesuai dengan yang biasa dipakai, ternyata kekecilan,” curhat salah satu audiens wanita.
Ada juga pengalaman yang lebih serius dari audiens yang mengaku pernah membeli sepatu dengan harga original, namun yang datang justru barang palsu. “Beli sepatu ‘Ori’, harganya Ori, taunya KW. Kelihatan dari box-nya,” ungkapnya.
Nazrya menyebut, masalah-masalah seperti barang palsu, barang tidak sesuai, pengiriman telat, hingga barang rusak adalah “blind spot” dalam e-commerce yang seringkali luput dari perhatian karena tertutup oleh banjir promo.

Kampanye No Blabla di Blibli
Merespons banyaknya drama tersebut, Blibli menegaskan komitmennya melalui kampanye “No Blabla di Blibli”. Nazrya menjelaskan bahwa promo memang bikin senang, tapi peace of mind (ketenangan pikiran) adalah hal utama yang dicari pelanggan saat ini.
“Promo itu hanya jadi pemanis sesaat dan belum tentu membuat konsumen itu menjadi loyal,” tegas Nazrya.
Untuk mengatasi drama belanja, Blibli menawarkan empat pilar utama dalam kampanye “No Blabla di Blibli” yang menjadi solusi anti-zonk bagi konsumen:
- Pasti Ori: Jaminan produk 100% orisinal.
- Gratis Perlindungan Lengkap: Asuransi tanpa biaya tambahan untuk produk elektronik dan gadget.
- Jaminan Tepat Waktu: Pengiriman yang sesuai estimasi.
- Retur Alasan Apapun: Kemudahan mengembalikan barang jika tidak puas (bahkan jika hanya karena warnanya kurang cocok), selama memenuhi syarat.
“Jadi enggak perlu nunggu drama, kita udah siapin duluan,” tambah Nazrya.

Penguatan Ekosistem Blibli Tiket 2025
Tidak hanya soal belanja barang, tahun 2025 juga menjadi momen penguatan ekosistem Blibli Tiket yang mencakup Tiket.com, Ranch Market, hingga Dekoruma.
Sinergi ini memungkinkan fitur Unified Membership dan Single Sign-On. Poin yang didapat dari belanja bulanan di Ranch Market, misalnya, bisa digunakan untuk benefit saat liburan menggunakan Tiket.com, atau membeli furnitur di Dekoruma.
Nazrya juga menyoroti kekuatan omnichannel Blibli yang kini memiliki ratusan gerai fisik, termasuk 236 toko elektronik konsumen, 58 gerai supermarket premium, dan 38 Home & Living Experience Center. Fitur seperti Click & Collect (beli online, ambil di toko) pun semakin diminati karena kepraktisannya.
“Kami di Blibli Tiket Ecosystem betul-betul berusaha menjadikan data dan informasi itu sesuatu yang ujung-ujungnya adalah untuk konsumen. Kami memikirkan sampai post-purchase pun, kalau bisa we look after everyone,” tutup Nazrya.