Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat diajarkan untuk berhati-hati terhadap utang. Utang rumah, kendaraan, maupun usaha—semuanya tercatat secara jelas, terlihat, dan secara sadar disiapkan cara pembayarannya. Masyarakat mengetahui besaran cicilan, waktu jatuh tempo, serta risiko yang muncul jika terjadi gagal bayar.
Akan tetapi, dalam tata kelola keuangan negara, terdapat satu jenis “utang” yang jauh lebih tersembunyi. Kewajiban ini tidak selalu tercatat sebagai pinjaman formal. Ia tidak muncul sebagai angka besar dalam berita utama. Namun, kewajiban tersebut terus berkembang secara diam-diam dari tahun ke tahun.
Kewajiban Jangka Panjang Sistem Pensiun ASN
Dalam Sistem Jaminan Pensiun ASN yang sangat bergantung pada pembayaran langsung dari anggaran tahunan, negara sesungguhnya sedang memikul kewajiban jangka panjang dengan nilai yang sangat besar. Setiap janji manfaat pensiun oleh negara kepada Pensiunan ASN yang diberikan hari ini adalah:
- Janji pembayaran 10, 20, bahkan 30 tahun ke depan,
- Dengan nilai yang terus mengikuti inflasi,
- Tanpa selalu diimbangi oleh dana cadangan yang sepadan.
Dalam dunia keuangan, kewajiban seperti ini disebut sebagai liabilitas jangka panjang. Namun karena tidak dikemas sebagai pinjaman formal, ia sering tidak diperlakukan seperti “utang”. Padahal secara substansi, ia adalah kewajiban yang harus dipenuhi.
Perbedaannya hanya satu: utang ini tidak ditagih oleh bank, melainkan oleh waktu.
Karakteristik Utang Pensiun yang Tersembunyi
Ia disebut warisan karena:
- Ia lahir dari keputusan masa lalu,
- Diteruskan oleh generasi masa kini,
- Dan akan ditagihkan kepada generasi masa depan yang belum tentu ikut merumuskannya.
Ia disebut diam-diam karena tidak selalu tampak dalam laporan keuangan negara secara transparan.
Namun justru karena ia diam, ia berbahaya. Ibarat retakan kecil di fondasi rumah tua—tidak terlihat dari luar, tetapi terus melebar di dalam.
Ilusi Kesehatan Fiskal Negara
Sebuah negara bisa saja terlihat sehat secara kasat mata:
- Defisit neraca terkendali,
- Rasio utang terhadap PDB moderat,
- Penerimaan pajak stabil.
Namun di balik semua itu, kewajiban pensiun terus menumpuk seiring bertambahnya jumlah pensiunan dan panjangnya usia hidup. Ini menciptakan ilusi kesehatan fiskal negara—padahal di belakang layar, ada komitmen pembayaran raksasa yang menunggu.
Inilah yang sering luput dari perbincangan publik tentang kondisi fiskal negara.
Transformasi Bonus Demografi Menjadi Beban
Selama ini kita sering mendengar dan berbicara tentang bonus demografi. Jumlah penduduk usia produktif besar. Tenaga kerja melimpah. Pertumbuhan ekonomi terdorong. Semua itu benar.
Namun setiap bonus demografi, jika tidak dikelola dengan bijak, akan berubah menjadi beban demografi. Hari ini kita menikmati banyaknya pekerja. Besok, kita akan menghadapi banyaknya pensiunan.
Jika sistem pembiayaan pensiun tidak dipersiapkan dengan dana yang kuat sejak masa bonus demografi itu berlangsung, maka yang terjadi adalah:
- Generasi produktif hari ini menanggung beban ganda di masa depan,
- Negara masuk ke fase “membayar masa lalu sambil membiayai masa depan” dalam waktu yang bersamaan.
Di sinilah utang pensiun yang tak tercatat berubah menjadi tekanan yang sangat nyata.
Pelajaran dari Sejarah Internasional
Sejarah internasional memberi pelajaran yang seragam:
- Tidak ada krisis pensiun yang datang tiba-tiba,
- Semuanya diawali oleh pembiaran kewajiban jangka panjang selama puluhan tahun,
- Hingga pada suatu titik, negara “dipaksa” melakukan koreksi mendadak.
Koreksi mendadak itu biasanya berupa:
- Kenaikan usia pensiun yang drastis,
- Pemotongan manfaat pensiun,
- Atau lonjakan pungutan fiskal.
Dan seperti yang selalu terjadi, langkah-langkah mendadak selalu lebih menyakitkan daripada transformasi bertahap yang direncanakan sejak awal.
Dilema Utang Pensiun ASN
Utang negara pada bank atau investor bisa dinegosiasikan ulang. Jadwalnya bisa direstrukturisasi. Bunganya bisa disepakati kembali.
Tetapi utang Pensiun ASN adalah janji negara kepada manusia yang telah menutup masa kerja dan pengabdiannya. Ia bukan kontrak bisnis biasa. Ia menyangkut hak dasar penerima pensiun.
Karena itu, ketika utang Pensiun ASN membengkak tanpa persiapan dana yang memadai, negara akan berhadapan dengan dilema paling berat: memilih antara keadilan fiskal dan keadilan sosial.
Bangsa yang besar tidak seharusnya dipaksa pada pilihan sekeras itu.
Kejujuran Terhadap Masa Depan
Membicarakan utang Pensiun ASN yang tak tercatat bukanlah untuk menciptakan kepanikan. Justru sebaliknya: ini adalah bentuk kejujuran pada masa depan. Kita tidak sedang meremehkan warisan masa lalu, tetapi sedang berusaha agar warisan itu tidak berubah menjadi beban bagi anak cucu kita.
Bangsa yang dewasa selalu berani membuka buku keuangannya dengan jujur, termasuk halaman-halaman yang selama ini jarang disentuh.
Setiap generasi mewarisi sesuatu. Ada yang mewarisi tanah, ilmu, dan nilai-nilai luhur. Tetapi ada juga yang mewarisi sistem, struktur, dan kewajiban.
Utang Pensiun ASN yang tidak pernah dicatat secara terbuka adalah salah satu warisan struktural itu. Ia sama sekali bukan kesalahan orang per orang. Ia adalah konsekuensi dari sistem yang lahir di zaman dahulu, dengan tantangan yang berbeda.
Tugas kita hari ini bukan saling menunjuk, melainkan menata ulang warisan itu agar tetap bermakna, adil, dan berkelanjutan.
Sebab pada akhirnya, sejarah tidak akan bertanya apakah kita mewarisi masalah.
Sejarah akan bertanya: apa yang kita lakukan terhadap warisan itu?