Surabaya menyambut perayaan Natal dengan semangat toleransi dan kebersamaan yang tinggi. Pemerintah Kota Surabaya memasang dekorasi Natal tematik di berbagai lokasi strategis sebagai bentuk komitmen nyata dalam menjaga harmoni keberagaman serta memperkuat citra kota sebagai kota toleransi.
Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati DLH Kota Surabaya Myrna Augusta Aditya Dewi menyatakan bahwa pemasangan dekorasi ini merupakan bagian dari partisipasi aktif pemerintah kota dalam setiap perayaan hari besar keagamaan.
Lokasi dan Bentuk Dekorasi Natal
“Di bulan Desember ini ada perayaan Natal. Sejak awal Pemkot Surabaya menggaungkan bahwa Surabaya adalah kota toleransi. Artinya, setiap perayaan keagamaan dirayakan bersama melalui dekorasi tematik yang menyesuaikan,” ujar Myrna, Jumat (19/12).
Tahun ini, beberapa kawasan yang menjadi titik utama pemasangan dekorasi meliputi Balai Kota, Balai Pemuda, dan kawasan Tunjungan. Selain itu, lampu-lampu tematik juga menghiasi Jalan Panglima Sudirman hingga Monumen Bambu Runcing, dengan rencana pengembangan ke Jembatan Yos Sudarso.
“Dekorasi yang dipasang berupa ornamen ikonik Natal seperti pohon Natal, lampu-lampu tematik, serta dekorasi berupa kado berukuran besar di sekitar pohon Natal. Simbol-simbol ini dipilih sebagai representasi sukacita Natal,” jelasnya.
Kolaborasi dengan Sektor Swasta
Pemerintah Kota Surabaya juga mengajak sektor swasta, mulai dari mal, pusat perbelanjaan, hingga hotel untuk turut berpartisipasi memasang dekorasi Natal. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat estetika kota secara menyeluruh sekaligus menumbuhkan rasa memiliki bersama.
“Dekorasi tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Kami juga mengajak pihak swasta untuk ikut berpartisipasi. Nanti saat Idul Fitri, Idul Adha, dan hari besar lainnya, semangat ini juga terus dijaga,” tambahnya.
Komitmen Lingkungan dan Pariwisata
Sejalan dengan komitmen lingkungan, Pemkot Surabaya turut memastikan agar pemasangan dekorasi tidak menimbulkan persoalan persampahan. Setiap pihak yang memasang dekorasi, khususnya dari sektor swasta, bertanggung jawab penuh atas pembongkaran pasca perayaan.
Meski demikian, Myrna mengakui bahwa penggunaan bahan ramah lingkungan masih menjadi tantangan tersendiri, khususnya untuk dekorasi luar ruang yang membutuhkan material lebih kuat dan tahan lama. “Ke depan, kami akan terus mendorong pemanfaatan bahan daur ulang untuk beberapa elemen dekorasi, agar aspek lingkungan tetap terjaga,” ungkapnya.
Tak hanya mempercantik kota, keberadaan dekorasi perayaan keagamaan juga diharapkan memberi dampak positif bagi sektor pariwisata dan perekonomian masyarakat. Meski Pemkot Surabaya memiliki workshop sendiri untuk dekorasi di kawasan pemerintahan, tujuan utamanya tetap menghidupkan ruang-ruang publik dan pusat wisata.
“Upaya kita adalah menghidupkan suasana kota agar menjadi daya tarik wisata. Dengan begitu, kunjungan meningkat, aktivitas perdagangan masyarakat ikut bergerak, dan nilai toleransi menjadi fondasi sekaligus magnet pariwisata yang menggerakkan roda perekonomian lokal,” pungkasnya.