Baru saja menyelesaikan waktu makan, namun tak lama kemudian sudah tergoda untuk mengonsumsi camilan. Perasaan ingin terus mengunyah memang kerap dialami banyak orang. Meski demikian, kebiasaan ini sebaiknya tidak dilakukan terlalu sering.
Tanpa disadari, aktivitas makan dan ngemil dengan interval waktu yang terlalu singkat ternyata dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Menurut penjelasan dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, Erwin Christianto, pola konsumsi seperti itu berpotensi memicu akumulasi lemak, khususnya di wilayah perut yang dikenal sebagai lemak viseral.
Bahaya Lemak Viseral
“Sekarang makan, setengah jam lagi kita jalan, ketemu jajan, makan. Jadi, waktu makan dengan jajan yang terlalu dekat, itu akan menyebabkan penumpukan terutama penumpukan lemak viseral,” kata Erwin seperti dikutip dari Antara, Rabu (16/12).
Secara umum, akumulasi lemak dapat terjadi di dua lokasi yaitu di bawah kulit dan di bawah organ tubuh. Lemak yang terkumpul di bawah kulit biasanya ditandai dengan bisa dicubit, sementara lemak di bawah organ tubuh, terutama di area perut, memiliki sifat lebih keras dan sulit dicubit. Jenis lemak inilah yang perlu diwaspadai.
Menurut Erwin, lemak viseral atau obesitas sentral jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan lemak di bawah kulit. Hal ini disebabkan kondisi tersebut dapat memicu berbagai penyakit tambahan, seperti resistensi insulin yang berkaitan erat dengan diabetes.
Data dan Rekomendasi
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023, prevalensi obesitas sentral (lingkar perut melebihi batas normal) secara nasional mencapai 36,8 persen pada penduduk berusia 15 tahun ke atas.
Sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PP PDGKI), Erwin menilai semakin beragamnya pilihan makanan, terutama makanan kemasan tinggi kalori, turut meningkatkan risiko penumpukan lemak di area perut.
Untuk mengurangi risiko tersebut, ia merekomendasikan pola makan teratur tiga kali sehari, yakni pagi, siang, dan malam. Setiap kali makan, pastikan komposisi piring seimbang, terdiri dari karbohidrat, protein, sayur, dan buah, serta tidak dikonsumsi secara berlebihan.
Mitos dan Saran Praktis
Erwin juga meluruskan anggapan bahwa buah sebaiknya selalu dimakan sebelum makanan utama. Menurutnya, anggapan tersebut kurang tepat. Sistem pencernaan akan memproses setiap makanan dengan caranya masing-masing, sehingga tidak ada perbedaan signifikan apakah buah dikonsumsi sebelum atau sesudah makan.
Dia juga menyarankan interval antara makan utama dengan camilan sekitar dua sampai tiga jam dan tidak mengonsumsi camilan secara berlebihan.
Tidak kalah penting, Erwin juga mengingatkan masyarakat untuk mengelola stres dengan baik. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu keseimbangan hormon, memicu sulit tidur, dan pada akhirnya meningkatkan risiko obesitas.