Film animasi Netflix KPop Demon Hunter sukses menjadi film animasi paling populer. Kurang dari tiga bulan sejak peluncurannya, film yang ditulis oleh Danya Jimenez, Hannah McMechan, Maggie Kang, dan Chris Appelhans ini telah mencapai lebih dari 300 juta penayangan.
Kepopuleran film ini tidak hanya terbatas pada layar kaca, tetapi juga merambah ke industri makanan, khususnya mi instan. Banyak penonton mulai meniru adegan dalam film tersebut, terutama saat Huntrix, girl group fiksi dalam film, menyantap mi instan dalam kemasan cup.
Kekhawatiran Medis Muncul
Namun, tren yang tampak seru ini justru memicu kekhawatiran di kalangan medis. Dokter di Boston memberikan peringatan setelah menangani sejumlah anak yang mengalami luka bakar serius akibat mi instan cup. Cedera tersebut terjadi saat anak-anak mencoba mengikuti tren viral di media sosial dengan tagar #KPopNoodleChallenge dan #DemonHuntersRamen.
Dalam pernyataan resminya, Shriners Children’s Hospital Boston mengingatkan orang tua dan anak-anak tentang potensi bahaya dari tren tersebut. Banyak anak meniru karakter favorit mereka dengan mengonsumsi mi instan dalam cup tanpa menyadari risiko yang mengancam.
Salah satu dokter di rumah sakit tersebut, Colleen Ryan, mengungkapkan bahwa ia menangani kasus luka bakar akibat mi instan pada anak-anak sebanyak dua hingga tiga kali setiap minggu. Bahkan sebelum film ini dirilis, luka bakar akibat mi instan telah menyumbang hampir sepertiga dari total kasus luka bakar akibat cairan panas pada anak-anak, berdasarkan studi sebelumnya.
Anak Lebih Rentan Terhadap Luka Bakar
Menurut Ryan, anak-anak lebih rentan mengalami luka bakar dibandingkan orang dewasa karena kulit mereka lebih tipis, terutama pada usia yang lebih muda, sehingga ambang suhu yang dapat menyebabkan luka bakar juga lebih rendah.
Proses penyajian mi instan sebenarnya cukup sederhana, yaitu menuangkan bumbu dan air mendidih ke dalam cup, menutupnya, lalu menunggu beberapa menit hingga mi matang. Masalahnya, cup mi instan umumnya terbuat dari stirofoam atau karton tipis yang tidak mampu menahan panas dengan baik, sehingga sulit dipegang setelah diisi air panas.

“Cup mi instan biasanya memiliki alas yang sempit dan air diisi hingga penuh, sehingga mudah tumpah,” ujar Dr. Zach Zhang, seorang ahli bedah plastik dan rekonstruksi di Vancouver, Kanada, seperti dikutip dari The New York Times, Minggu (20/12).
Ia menambahkan bahwa bagi anak-anak yang lebih kecil, kondisi ini bisa lebih berbahaya jika air panas mengenai wajah mereka. Air mendidih memiliki suhu sekitar 212 derajat Fahrenheit (100 derajat celsius) dan dapat menyebabkan luka bakar serius, bahkan dalam kasus ekstrem bisa mengakibatkan kerusakan saraf.
Pengawasan Orang Tua Diperlukan
Beberapa produk mi instan cup juga ada yang harus dipanaskan di microwave, dan tumpahan kerap terjadi saat cup dikeluarkan dari alat tersebut. “Kami tidak mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh mengikuti tren yang menyenangkan, tetapi hal itu harus dilakukan dengan aman dan di bawah pengawasan orang dewasa,” kata Ryan.
Ia menegaskan, satu kali tumpahan saja bisa menyebabkan luka bakar dalam yang menyakitkan dan meninggalkan bekas luka seumur hidup. Sebelum film ini pun, mi instan sebenarnya sudah lama dianggap sebagai salah satu sumber risiko luka bakar pada anak-anak.
Sebuah studi tahun 2023 yang dilakukan selama lebih dari satu dekade oleh peneliti dari University of Chicago, menemukan bahwa 31 persen dari seluruh kasus rawat inap anak akibat luka bakar cairan panas disebabkan oleh mi instan. Luka bakar dari mi instan cup bahkan bisa cukup parah hingga memerlukan perawatan intensif atau tindakan operasi.
Untuk mencegah risiko cedera, para ahli medis mengimbau orang tua agar selalu mendampingi anak-anak saat menangani air panas. Jika terjadi luka bakar, segera alirkan air dingin ke area yang terdampak dan bawa anak ke unit gawat darurat untuk mendapatkan penanganan medis.