Posted in

Kesalahan-Kesalahan Umum Pengemudi di Jalan Tol yang Sering Diabaikan

Berkendara di jalan tol memerlukan tingkat kedisiplinan yang lebih tinggi. Tingginya kecepatan mengharuskan setiap manuver dipertimbangkan secara matang. Meski demikian, masih banyak pengendara yang melakukan kesalahan-kesalahan kecil yang dapat berdampak signifikan terhadap keselamatan.

Kesalahan pertama yang sering dijumpai adalah berpindah jalur tanpa mengaktifkan lampu sein. Tanpa sinyal sein, pengemudi di belakang tidak dapat mengantisipasi gerakan kendaraan di depannya, yang berpotensi menyebabkan pengereman mendadak dan berujung pada tabrakan beruntun.

Lampu sein bukan hanya sekadar formalitas belaka. Lampu tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi antar pengemudi untuk memahami kondisi di depannya, baik sebagai tanda peringatan, isyarat untuk menyalip, maupun penanda untuk tetap berada di jalur tertentu.

Pentingnya Lampu Sein dan Bahaya Lane Hogger

Faktanya, banyak pengemudi kerap lupa menyalakan lampu sein. Saat kondisi jalan tol relatif sepi, pengendara cenderung langsung berpindah jalur, khususnya mereka yang mengendarai mobil berukuran kecil. Meskipun jaraknya jauh, lampu sein tetap harus diaktifkan dengan memberikan jeda sekitar 2 detik sebelum melakukan perpindahan jalur.

Tol Palembang-Lampung yang terpantau sepi, Sabtu (7/5/2022). Foto: Anton William/kumparan

Kesalahan kedua adalah menjadi lane hogger, istilah untuk pengemudi yang terlalu lama berada di lajur ketiga. Fenomena ini belakangan banyak diperbincangkan di berbagai platform media sosial. Banyak pengendara tetap melaju di lajur kanan meskipun tidak sedang melakukan penyalipan.

Padahal, regulasi penggunaan lajur di jalan tol telah diatur dengan jelas. Lajur kanan hanya diperuntukkan untuk kegiatan menyalip, setelah itu pengemudi wajib kembali ke lajur tengah untuk melanjutkan perjalanan. Sementara itu, lajur kiri disediakan khusus untuk kendaraan berat atau kendaraan yang melaju dengan kecepatan lebih rendah.

Bahaya Menerobos Marka Chevron

Fenomena lane hogger ini dapat mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Yang lebih berbahaya, pengemudi lain mungkin tergoda untuk menyalip melalui bahu jalan. Potensi terjadinya kecelakaan pun semakin besar karena di bahu jalan biasanya terdapat kendaraan yang berhenti akibat keadaan darurat.

Dua mobil proyek melintasi jalan tol Cimanggis-Cibitung di Depok, Jawa Barat, Minggu (8/11). Foto: Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO

Kesalahan umum ketiga adalah melintasi marka chevron. Marka berbentuk garis serong berwarna putih ini umumnya ditemui di area pintu keluar tol, persimpangan jalan, atau titik pertemuan jalur. Chevron merupakan zona yang harus dihindari oleh pengemudi.

Namun, masih banyak pengendara yang nekat masuk ke jalur dengan cara menerobos chevron. Perilaku seperti ini jelas sangat berbahaya, mengingat area tersebut bukanlah jalur yang diperuntukkan untuk berkendara. Manuver mendadak di area chevron dapat membuat kendaraan di belakang kehilangan waktu untuk bereaksi dan berpotensi memicu tabrakan.

Fungsi utama marka chevron adalah untuk mengatur lalu lintas agar kendaraan tetap berada di jalurnya, sekaligus memberikan zona aman antar kendaraan. Chevron juga berperan sebagai panduan saat memasuki dan keluar dari jalan tol agar tidak ada kendaraan yang menyerobot, serta membantu meningkatkan keselamatan dengan meminimalkan risiko tabrakan.

Berpindah jalur tanpa sein, menjadi lane hogger, hingga menerobos marka chevron, semuanya memiliki potensi menimbulkan kecelakaan yang serius. Kedisiplinan dalam menaati aturan-aturan sederhana menjadi kunci utama dalam menjaga keselamatan bersama di jalan tol.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *