Di bawah kolong rel kereta api di Jalan Veteran, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara, terdapat deretan buku bekas yang tersusun rapi di sebuah kios sederhana. Di tengah keramaian kota, kios buku ini justru menjadi tempat singgah bagi para pencari ilmu, termasuk mahasiswa.
Salah satunya adalah Nensi, mahasiswi Universitas Islam Sumatera Utara berusia 20 tahun. Ia pertama kali mengetahui keberadaan kios buku tersebut melalui media sosial. Rasa penasaran membawanya datang langsung untuk melihat dan memilih buku yang menarik perhatiannya.
Ia mengaku tertarik membeli beberapa buku bertema motivasi. Keunikan lokasi kios yang berada tepat di bawah rel kereta api menjadi daya tarik tersendiri baginya.
Pengalaman Pembeli Pertama Kali
“Memilih toko ini sebenarnya tahu dari TikTok ya, dan tertarik aja. Selama tinggal di Medan, baru ini ke sini jadi mau lihat-lihat dulu kali ada yang cocok,” kata Nensi saat ditemui di kios buku, Minggu (21/12).
Bagi Nensi, kios buku tersebut bukan sekadar tempat jual beli. Ia berharap kios ini tetap bertahan dan dikembangkan dengan lebih baik. Menurutnya, banyak ilmu yang bisa diperoleh dari tempat yang telah berdiri sejak tahun 1986 itu.
“Kalau saya pribadi buku kayak gini akan tetap ada. Kayak dunia digital pun, beberapa orang masih mencari buku, mencari ilmu,” ujarnya.
Harga buku yang dijual pun relatif terjangkau. Pembeli bisa membawa pulang buku dengan harga mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 50.000-an.
Pemilik Kios yang Setia
Di balik kios sederhana itu, ada Novia (34), pemilik kios buku yang setia menjaga lapak warisan keluarganya. Ia menjual beragam genre buku, mulai dari novel, buku pelajaran sekolah, hingga bacaan lainnya.
Selain melayani pembeli secara langsung, Novia juga memanfaatkan media sosial untuk menarik pengunjung, meski tetap mengandalkan penjualan offline sebagai fokus utama.
“Ada, cuma kita fokusnya offline. Paling iklan-iklan membuat story-story saja biar ada yang datang,” kata Novia.
Menurutnya, pengunjung kios didominasi oleh pelajar dan mahasiswa. Sejak eksposur di media sosial, jumlah pembeli pun semakin meningkat.
“Banyak (yang datang), anak-anak sekolah. Terus kalau sekarang mungkin karena di TikTok itu lumayan kan, lihat-lihat posting datang mereka. Jadinya ramai, menariknya ya gitu,” sambungnya.
Tantangan dan Harapan
Namun, perjalanan menjaga kios buku tersebut bukan tanpa rintangan. Novia mengaku beberapa tahun terakhir kiosnya kerap menghadapi ancaman penggusuran oleh Satpol PP.
Kios buku itu dibangun bersama orang tuanya dengan penuh perjuangan. Setelah kedua orang tuanya meninggal dunia, kios tersebut diwariskan kepadanya dan terus ia jaga hingga kini.
Novia berharap pemerintah tidak lagi melakukan penggusuran. Baginya, kios buku ini bukan sekadar sumber penghasilan, tetapi juga bentuk kontribusi kecil untuk mencerdaskan generasi muda.
“Mudah-mudahan engga ada gusur-gusuran lagi lah karena niatnya kan tetap mencerdaskan anak bangsa. Kalau untuk kita taati peraturan bersih dan rapi, kita mau gitu. Biar tetap ada wadah di mana orang cari-cari buku,” ucap Novia.
Layanan Tambahan
Selain menjual buku, kios ini juga melayani tukar tambah dan pembelian buku bekas dari masyarakat. Layanan tersebut menjadi solusi bagi pembaca yang ingin berganti koleksi.
“Ada (yang jual), kan mereka tukar tambah. Kadang bosen dia, kalau novelnya banyak tukar tambah. Makanya kita ada bekas,” imbuh Novia.
Tak hanya itu, kios buku di bawah rel kereta ini juga terbuka bagi siapa pun yang sekadar ingin membaca. Novia memperbolehkan pengunjung membaca di tempat dan berencana menyiapkan pojok baca sederhana.
“Kalau untuk sekarang mau habiskan waktu untuk membaca, silakan saja (ambil) buku yang mana saja boleh,” ucapnya.
Ekonomi dan Harapan Ke Depan
Dari kios kecil itu, Novia mampu meraup omzet sekitar Rp 5 juta per bulan. Namun, penghasilan tersebut tidak sepenuhnya menjadi keuntungan karena harus diputar kembali untuk membeli buku-buku baru.
“Tergantung lah (omzet), perputarannya kan juga ada yang tukar tambah buku, kita belanja lagi,” katanya.
Ke depan, Novia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membantu merenovasi kios bukunya agar lebih nyaman bagi masyarakat yang ingin membaca dan belajar.
“Ya kalau memang ada kita terima (bantuan pemerintah),” tutupnya.