Posted in

Lumbung Mataraman Yogya Jadi Pemasok MBG, BGN: DIY Jadi Pelopor

Wakil Kepala BGN Nanik S. Deyang melakukan pertemuan dengan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di kompleks Kepatihan Pemda DIY pada Selasa (23/12).

Dalam pertemuan tersebut, Nanik membahas rencana Lumbung Mataraman—program ketahanan pangan di DIY yang mengusung konsep pertanian tradisional terintegrasi—sebagai penyuplai Makan Bergizi Gratis (MBG).

Kekhawatiran Ketersediaan Bahan Baku

Nanik menyampaikan bahwa saat ini terdapat kekhawatiran terkait penyediaan bahan baku akibat tingginya kebutuhan. Di Yogyakarta, SPPG baru beroperasi 50 persen dari kapasitas.

“Tapi nanti kalau sudah sekitar 320, itu khawatirnya terjadi inflasi dan kekurangan bahan baku,” kata Nanik.

“Dan alhamdulillah, luar biasa, ternyata Ngarsa Dalem (Sri Sultan) sudah menyiapkan program namanya Lumbung Mataraman. Jadi itu nanti akan dibangun secara terintegrasi. Ada peternakan, ada pertanian. Lumbung Mataraman inilah yang nanti, insyaallah, akan memasok dapur-dapur MBG. Diharapkan tidak ada lagi yang membeli dari luar daerah, sehingga kemandirian ekonomi dan pemberdayaan masyarakat bisa terwujud,” jelas Nanik.

Persiapan Tanah Kas Desa

Nanik menuturkan bahwa Sultan selama ini telah mempersiapkan tanah kas desa untuk kesejahteraan masyarakat.

“Itu tiap desa satu hektare lebih, dan nanti kalau kurang akan ditambah lagi, untuk menanam sayur, peternakan, dan juga buah,” katanya.

Nanik menyatakan bahwa program yang berjalan di Yogyakarta akan disosialisasikan ke daerah-daerah lain.

“Saya akan sampaikan bahwa DIY ini sudah memelopori. Di tiap desa itu ada tanah-tanah yang idle, kan, atau mungkin tanah bengkok. Kalau perlu, itu bisa ditanami. Yang menanam adalah masyarakat yang tidak punya sawah,” katanya.

Perpres 115 dan Pemanfaatan Lokal

Saat bertemu Sultan, Nanik juga menyampaikan mengenai Perpres 115, di mana guru dan tenaga pendidik juga menjadi penerima manfaat MBG.

“Kemudian di Perpres 115 itu benar-benar ditekankan tidak boleh menggunakan bahan pabrikan. Semua harus lokal, sehingga UMKM, ibu-ibu PKK, dan kantin sekolah akan hidup. Karena roti tidak dari pabrikan, tetapi dibuat oleh kantin,” katanya.

“Kemudian ibu-ibu PKK dan juga UMKM, misalnya untuk lauk-pauk seperti nugget atau cordon bleu, makanan anak-anak, itu dibuat langsung oleh ibu-ibu secara fresh,” jelasnya.

Kemandirian Lumbung Mataraman

Pada kesempatan yang sama, Sri Sultan menyatakan bahwa saat ini Lumbung Mataraman tetap berdiri sendiri. Koperasi Merah Putih juga berdiri sendiri.

“Sehingga dengan demikian, kami punya kepastian bagaimana mengembangkan Koperasi Merah Putih maupun Lumbung Mataraman,” kata Sultan.

“Harapan saya, ini bisa sebagian besar menyuplai kebutuhan makan bergizi gratis (MBG). Jadi, sayur dan sebagainya bukan belanja di pasar, tetapi langsung pada petani,” jelasnya.

Dengan pola seperti ini, Sultan berharap masyarakat desa bisa mendapat penghasilan. “Kira-kira konsepnya bagi kami larinya ke sana,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *