Lampu pada kerangka Gedung Sate dinyalakan saat hari mulai gelap. Cahayanya membuat gedung bersejarah itu menjadi sorotan utama di malam hari.
Di pelataran, pengunjung berdatangan bergantian mengangkat kameranya, mengarahkan pada sudut terbaik untuk berswafoto di gedung tempat gubernur berkantor tersebut.
Pada malam hari, Gedung Sate bukan sekadar pusat pemerintahan, tetapi ruang wisata yang ramai aktivitas swafoto.
Pengalaman Pengunjung dari Berbagai Daerah
Salah satu pengunjung, Jannah (24), datang dari Bangka. Bersama keluarga, ia datang mengunjungi gedung ikonik di Bandung itu.
“Apa yang tampak dari HP entah dari mana gitu, ternyata awak juga sampai sini gitu, senang,” ucap Jannah.
Begitu pula dengan wisatawan lainnya asal Majalengka, Alip, yang menempuh perjalanan 5 jam untuk sampai di Gedung Sate.
“Ke sini mau jalan-jalan aja, wisata. Dari Majalengka ke Bandung ke Gedung Sate aja,” ujar Alip.
Ia menyebut datang ke Bandung bersama rombongannya menggunakan mobil elf.
“Bareng teman-teman kurang lebih 20 orang, sewa elf,” kata Alip.
Arsitektur Ikonik yang Menjadi Daya Tarik
Gedung Sate merupakan bangunan peninggalan Belanda. Arsitektur gedung itu bergaya Eropa dipadu dengan sentuhan lokal.
“Bangunannya ikonik,” ungkap Alip.
Terbaru, Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, menambahkan gapura berbentuk Candi Bentar sebagai wajah baru gedung tersebut.
Dari kejauhan, bentuk Gedung Sate tampak tegas dan simetris. Ikon paling mencolok berada pada bagian atap dengan enam ornamen bulat menyerupai tusuk sate.
“Yang menarik struktur bangunannya, arsitekturnya. Memang sesuai nama aja kan, bentuk yang di atasnya itu kayak sate,” kata Jannah.
Pada malam hari, keunikan arsitektur Gedung Sate makin terasa. Cahaya lampu menegaskan garis-garis dari kerangka gedung tersebut. Tak heran, banyak pengunjung yang menjadikan bangunan ini sebagai latar swafoto.
“Rekomendasi banget sih kalau di sini. Pemandangannya bagus dan lingkungannya enak lah adem. Tempat foto-foto juga,” ujar Alip.
