Di masa kini, plastik telah menjadi komponen yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Berbagai produk mulai dari wadah makanan, botol minuman, hingga peralatan rumah tangga memberikan kemudahan dalam aktivitas kita. Namun, di balik segala kenyamanan tersebut, terdapat ancaman serius yang perlahan-lahan berkembang: mikroplastik.
Meskipun ukurannya hanya berkisar dari beberapa mikrometer hingga lima milimeter—lebih kecil dari sebutir beras—dampaknya terhadap ekosistem dan kesehatan manusia sangat signifikan. Mikroplastik tidak lagi hanya ditemukan di lingkungan laut, tetapi juga telah terdeteksi dalam air minum, udara, tanah, dan bahkan dalam tubuh manusia. Ancaman kecil ini semakin sulit untuk dihindari.
Asal Usul dan Penyebaran Mikroplastik
Permasalahan mikroplastik bermula dari karakteristik plastik itu sendiri yang tidak dapat terurai secara alami dalam waktu singkat. Ketika terpapar sinar matahari, mengalami gesekan, atau melalui proses fisik lainnya, plastik berukuran besar akan terpecah menjadi bagian-bagian lebih kecil yang kemudian disebut sebagai mikroplastik.
Studi ilmiah mengungkapkan bahwa sekitar 11 juta ton plastik memasuki lautan setiap tahun, dan jumlah tersebut berpotensi meningkat dua kali lipat pada tahun 2040 jika tidak ada langkah-langkah drastis yang diambil. Organisme laut seperti ikan, plankton, dan burung laut sering kali terkecoh dan menganggap mikroplastik sebagai sumber makanan.
Dampak pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan
Namun, ancaman mikroplastik tidak terbatas hanya pada ekosistem laut. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti menemukan keberadaan mikroplastik dalam air minum kemasan, air tanah, bahkan udara yang kita hirup. Partikel mikroplastik berukuran mikrometer dapat masuk ke paru-paru bersama udara, sementara partikel yang lebih besar dapat tertelan melalui makanan.
Keberadaan mikroplastik dalam tubuh manusia kini bukan lagi sekadar teori. Beberapa penelitian bahkan menemukan mikroplastik dalam darah, plasenta, dan tinja manusia. Meskipun efek jangka panjangnya terhadap kesehatan belum sepenuhnya dipahami, para ilmuwan memberikan peringatan tentang potensi gangguan hormonal, peradangan, gangguan sistem kekebalan tubuh, hingga risiko penyakit kronis.
Kontribusi Perilaku Konsumsi
Permasalahan mikroplastik juga berkaitan erat dengan pola konsumsi masyarakat. Setiap pakaian yang terbuat dari bahan polyester, nylon, atau acrylic akan melepaskan mikroplastik setiap kali dicuci. Dalam satu siklus pencucian, satu pakaian sintetis dapat melepaskan hingga 700.000 serat mikroplastik ke dalam air limbah. Jika instalasi pengolahan air tidak mampu menyaring partikel-partikel ini secara optimal, mikroplastik akan terbawa ke sungai dan laut.
Sementara itu, penggunaan plastik sekali pakai seperti kantong belanja, sedotan, atau kemasan makanan terus memperparah akumulasi plastik yang kemudian terurai menjadi mikroplastik.
Langkah Solusi dan Kesadaran Masyarakat
Kesadaran masyarakat menjadi langkah awal yang sangat penting. Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, membawa tas belanja sendiri, menggunakan botol minum isi ulang, tidak membuang sampah sembarangan, atau memilih produk tanpa microbeads merupakan tindakan kecil yang dapat memberikan dampak besar jika dilakukan oleh banyak orang. Produk berlabel “bebas microbeads” kini lebih mudah ditemukan, dan memilihnya dapat membantu mengurangi pencemaran mikroplastik dari hulu.