Aktivitas jip wisata di kawasan Bromo sering kali dianggap tidak memiliki regulasi teknis yang formal. Namun dalam praktiknya, para pengemudi menerapkan standar tertentu untuk menyesuaikan kendaraan dengan medan yang ekstrem.
Ketua Paguyuban Jip TransBromo, Arlex Mardiyansyah, mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum ada ketentuan resmi yang mengatur spesifikasi teknis jip wisata di Bromo. Meski demikian, para pelaku sepakat mengikuti standar berdasarkan kebutuhan medan pasir dan jalur off-road.
Spesifikasi Teknis Berdasarkan Medan
“Kalau untuk aturan resminya enggak ada, cuma kami standar mengikuti medan ya. Medannya berpasir dan off-road, jadi kami mengikuti bannya, harus ban yang MT untuk off-road, dan juga shockbreaker-nya kami agak tinggi sedikit biasanya,” kata pria yang karib di sapa Ardi saat ditemui kumparan di kumparan Eco Journey Toyota Veloz Hybrid EV baru-baru ini.
Menurut Ardi, selain ban dan komponen suspensi, aspek keselamatan menjadi prioritas utama yang tidak bisa dikompromikan. Ia menyebut sistem pengereman harus dalam kondisi optimal mengingat kontur jalur Bromo yang ekstrem dan menantang.
“Selebihnya, kami pastikan untuk rem-rem sih. Rem-rem harus sehat, ini karena kondisi tanjakannya hampir 45 derajat ya, apalagi di area penanjakan kayak gitu,” ujarnya.
Perlengkapan Tambahan untuk Kondisi Darurat
Mengenai perangkat tambahan seperti dongkrak traktor dan winch depan, Ardi menegaskan tidak ada kewajiban bagi setiap jip untuk memilikinya. Namun, keberadaan alat tersebut tetap dianggap penting dalam satu rombongan perjalanan.
“Ya kalau dongkrak bawa ya. Kalau winch itu hanya sebagian, karena untuk evakuasi teman-teman gitu,” jelasnya.
Ia memberikan contoh, dalam satu rombongan jip wisata biasanya hanya satu unit yang dilengkapi winch. Fungsi alat tersebut lebih diarahkan untuk kondisi darurat atau membantu kendaraan lain yang mengalami kendala di jalur.
“Jadi dari, misal dari 10 itu ada 1 lah yang ada winch-nya. Ya, seperti itu. Untuk evakuasi,” tuturnya.
Sementara untuk dongkrak, para pengemudi umumnya memilih dongkrak jenis traktor dengan tinggi angkat yang memadai. Hal ini disesuaikan dengan ground clearance jip yang sudah ditinggikan untuk keperluan off-road.
“Iya, dongkrak yang lebih tinggi. Kalau pakai dongkrak yang kecil kan nggak nyampe, nyampe aja dia yang lift yang tinggi,” pungkasnya.
Praktik standar tak tertulis ini menunjukkan bahwa meski tanpa regulasi resmi, para pelaku wisata jip Bromo tetap mengutamakan keselamatan dan kesiapan kendaraan.
Pendekatan berbasis pengalaman medan ini juga dinilai penting untuk menjaga kenyamanan wisatawan sekaligus meminimalkan risiko di jalur ekstrem Bromo.